permisiiiii..

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
hanya manusia biasa yang tidak sempurna tapi selalu ingin sesuatu yang luar biasa meskipun sampai harus ke luar angkasa.

Kamis, 07 Juni 2012

Sepenggal Kisah Seminar Tugas Akhir


Sidang Tugas Akhir, TA, adalah momen paling menentukan dalam perubahan status pendidikan seseorang. Ketika seorang mahasiswa telah lulus dalam Sidang TA-nya, nama panjang mereka akan bertambah panjang dengan embel-embel sarjana di belakangnya.

Tapi sebelum sidang, di Program Studi Teknik Sipil ITB, ada tahap yang dinamakan seminar. Mahasiswa yang telah melaksanakan Seminar TA adalah mahasiswa yang sudah (sangat) dekat dengan Sidang TA. Seminar TA yang sudah gw jalani minggu lalu hanya dapat dihadiri oleh dua dari tiga orang dosen penguji karena salah satunya berhalangan hadir. Dosen penguji gw adalah Pak Er*a, Pak End*a, dan Pak Edw**d. Karena Pak Edw**d tidak dapat hadir, maka beliau meminta gw untuk seminar susulan dengan beliau. Berikut sepenggal kisahnya…

Selasa, 5 Juni 2012
(Percakapan via telepon)
Briawan                : Lif, Pak Edw**d tiba-tiba minta seminarnya malam ini. Soalnya rabu doi mau naik gunung. Gimana? Lo bisa ga? Kapan lo pulang dari Tangerang?
Gw (Alif)              : Jam berapa? Dimana? Gw sih baru pulang jam 4 sore dari sini. Kira-kira jam 7 atau 8 malem lah gw sampe Bandung. Gimana?
Briawan                : Yaudah, entar gw sampein ke doi. Tapi lo siap kan kalo seminar malem ini? Di Ruang Sidang ya!
Gw                         : Siaaap…

Tapi takdir berkehendak lain. Gw baru sampe kampus (Jl. Ganeca No. 10 Bandung) jam setengah 9 malam. Dengan tergesa-gesa, gw langsung berlari ke Ruang Sidang.

Briawan                : Yah, Lif, Pak Edw**dnya baru aja pergi. Ini gw baru beres banget, dan katanya lo seminarnya besok aja. Doi ngga mau kemaleman soalnya hari ini ulang tahun istrinya katanya.
Gw                         : (tertawa sejenak, lalu kembali ke realita) Oh, yaudah. Entar gw ngehubungin doi langsung lah..

Rabu, 6 Juni 2012
(Percakapan via layanan pesan singkat)
Gw                         : Selamat pagi, Pak Edw**d. Saya Alif, mohon maaf, pak, semalam saya baru sampai Bandung jam 20.30 sehingga tidak sempat bertemu bapak. Bagaimana kalau hari ini, pak? Apakah bapak ada waktu untuk seminar susulan saya hari ini? Terima kasih sebelumnya, pak.
Pak Edw**d       : Jam & tempat yang sama dengan Briawan hari ini. Coba koordinasi dengan yang bersangkutan bagaimana menanganinya kemarin.
Gw                         : Baik, pak. Jam 7 malam di Ruang Sidang ya, pak. Sama seperti Briawan tadi malam. Bagaimana, pak?
Pak Edw**d       : OK. Tadinya saya mau ikut Upacara HUT Soekarno CXI di Gn. Galunggung. Namun batal, karena sesuatu hal.

Lalu tibalah saat yang dinanti-nanti.

(Masih percakapan via layanan pesan singkat)
Gw                         : Selamat malam, Pak Edw**d. Sekedar mengingatkan kalau seminar susulan saya malam ini jam 7 di Ruang Sidang. Terima kasih, pak.

Satu jam kemudian…

(Masih percakapan via layanan pesan singkat)
Gw                         : Maaf Pak Edw**d, apakah bapak jadi datang malam ini untuk menjadi penguji seminar Tugas Akhir saya? Terima kasih, pak.

Satu jam kemudian, gw memutuskan untuk menelepon sang bapak dengan harapan beliau akan ingat kalau ada seorang mahasiswa yang menunggu kedatangannya di Ruang Sidang pada jam 9 malam, seorang diri. SEORANG DIRI dan TIDAK DIANGKAT.

Akhirnya gw pulang ke kosan dengan tangan hampa (sebenernya bawa laptop, draft proposal, dan segala perangkat seminar, sih..)

Kamis, 7 Juni 2012
(Jam 00.00, percakapan via layanan pesan singkat)
Pak Edw**d       : Alif, sorry. Apakah bisa diundur ke pagi ini di Jakarta atau sore di Bandung lagi? Saya ke Jakarta jam 04.00 tapi harus ke Bali take-off jam 19.00 dari Husein Sastranegara Bandung.
Gw                         : (wah, Jakarta? Gak masuk akal..) Kira-kira yang paling memungkinkan sih sore ini di Bandung, pak. Waktunya mungkin sebisanya bapak aja. Kira-kira setelah bapak dari Jakarta dan masih ada cukup waktu untuk siap-siap ke Bali. Mengenai ruangan akan saya usahakan. Tapi jika tidak dapat ruangan dari TU mungkin kita dapat menggunakan studio TA di dekat HMS. Bagaimana, pak?
Pak Edw**d       : OK. I’ll keep you informed of my schedule. TA, bro!

Hah? Apa gw salah baca sms, ya? Pake bro-bro-an segala nih bapak.

(Jam 12.15, percakapan via layanan pesan singkat)
Pak Edw**d       : Saya menuju Hotel Mandarin. Ada meeting jam 1 PM, setelah itu naik Travel CityTr*ns. Saya infokan nanti, ya Alif!
Gw                         : Baik, pak.

Jam 16.50, dan belum ada kabar lagi dari beliau.

(Jam 16.55, percakapan via layanan pesan singkat)
Gw                         : Maaf Pak Edw**d, apakah masih memungkinkan saya seminar di depan bapak hari ini? Mengingat bapak harus mengejar pesawat malam ini. Terima kasih, pak.
Pak Edw**d       : Saya sudah di Cikampek, masuk Bandung 19.02. Apa yang terjadi terhadap Alif kalau saya baru efektif di Bandung pada hari Selasa 12 Juni?
Gw                         : Sebenarnya saya masih bisa melanjutkan TA saya meskipun baru bisa seminar dengan bapak hari selasa. Tapi mungkin yang saya kerjakan pada TA saya hanya berdasarkan rekomendasi pada seminar dengan Pak Er*a dan Pak End*a kemarin. Jika bapak tidak berkeberatan dengan hal ini, maka saya akan melanjutkan TA saya hingga 12 Juni nanti akan saya presentasikan progress-nya kepada bapak. Bagaimana kira-kira, pak?
Pak Edw**d       : OK, sebagai tambahan, silahkan berkomunikasi dengan rekanmu Briawan tentang apa saja yang saya tanyakan/komentari. Point-point yang saya tanyakan, carikan kemiripannya dengan kasus yang Alif bahas dalam TA.
                                Sampai jumpa pada saat Ujian Sarjana.

Dan gw ngakak seketika, hahahahahahahaha. Seminar gw selesai hanya dengan sms??? 

Senin, 13 Februari 2012

Sah-sah Saja, Asalkan Tidak Sampai Fitnah

Peraturan :
Pada tulisan kali ini, jika kalian menemukan kata sah-sah saja, kalian boleh melanjutkan membaca kemudian hanya menebak-nebak akhir dari tulisan ini. Namun jika kalian sudah menemukan kata tidak sah, kalian harus berhenti membaca. Setuju?

Manusia secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang besar serta mampu berpikir hal-hal yang bahkan tidak mampu dilihatnya secara kasat mata. Itulah gunanya akal pikiran kita. Dampak dari itu semua, akhirnya manusia hanya mampu memikirkan hal-hal yang memang tidak mampu dilihatnya. Terlebih hal-hal yang amat diinginkan untuk diketahui.
Itu sah-sah saja.
Menjadi bermasalah adalah saat manusia sudah tidak mau lagi berpikir tentang apa yang tidak mampu dilihatnya dan kemudian manusia mengambil jalan pintas untuk itu. Berasumsi.
Itu sah-sah saja.
Menjadi semakin bermasalah adalah ketika asumsi yang dipakai adalah asumsi yang dasar pemikiriannya lemah, atau bahkan tidak berdasar. Ya, berandai.
Itu juga sah-sah saja.
Bentuk pengandaian ini akan menjadi masalah jika apa yang diandaikan oleh satu manusia salah diinterpretasikan oleh manusia yang lainnya.
Itu masih sah-sah saja.
Tetapi jika salah interpretasi ini menyebabkan masalah lain yang jauh lebih besar, ini baru tidak bisa dibilang sah-sah saja. Inilah buah pikiran yang berujung pada terjadinya masalah. Untuk kasus ini gw menyebutnya dengan nama prasangka buruk. Su'udzon bahasa Arabnya.
Itu jelas tidak sah.

------Ini bukan bagian yang boleh kalian baca.
Kalau ini dilanjutkan, prasangka buruk akan berubah menjadi hal yang lebih buruk. 
Fitnah.