permisiiiii..

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
hanya manusia biasa yang tidak sempurna tapi selalu ingin sesuatu yang luar biasa meskipun sampai harus ke luar angkasa.

Minggu, 07 November 2010

Gunakan Hati, bukan Nafsu

Jawaban itu lah yang aku dapatkan saat temanku bertanya pada mentor-ku sore itu. Kurang lebih begini pertanyaannya,

"Kak, kalau kita dihadapkan kepada suatu pilihan, bagaimana sebaiknya sikap kita dalam memilih? Apa saja yang harus dipertimbangkan??"

Lalu mentor-ku bicara,

"Di antara teman2 sekalian ada yang mau jawab terlebih dahulu? Alif mungkin?"

Seketika aku kaget, tapi tak lama kucoba menjawab pertanyaan itu,

"Mmm, kalo menurut saya pilihlah sesuai hati kita. Saya yakin dari dalam hati nurani kita selalu tersimpan cahaya kebenaran. Maka, selama kita yakin atas kebesaran Tuhan, percayakan saja kepada suara hati kita masing2.. Karena Tuhan tau apa yg sebenarnya kita butuhkan."

Itu jawabanku. Asal-asalan memang.

Lalu kutanya kepada kakan mentor-ku,

"Kalau menurut kakak gimana?"

Beliau menjawab,

"Saya setuju dengan jawaban Alif, tetapi kita harus tau sebenarnya suara yang kita ikuti itu benar2 suara hati nurani kita atau nafsu kita??"

Seketika aku kaget. Tak mampu bicara sepatah kata pun.

"Kadang hati kita terlalu lemah untuk mengatakan kebenaran. Mengapa? Karena perbuatan-perbuatan dosa yang pernah kita lakukan. Hati ibarat cermin. Dia akan memberikan gambaran diri kita sejujur-jujurnya. Ketika kita tampak rapi dan bersih, hati menunjukkannya. Ketika kita lusuh dan kotor, hati pula yang menunjukkannya. Nah, jika kita berbuat dosa, hati akan terkotori sedikit demi sedikit, sesuai dosa yang telah kita lakukan. Semakin banyak dosa yang kita lakukan, semakin pekatlah kotoran yang menempel pada hati kita dan akhirnya kita semakin sulit melihat kebenaran yang sesungguhnya."

"Jika sudah demikian, apakah kita masih yakin yang kalian ikuti itu adalah benar2 suara hati nurani kalian?"

"Apakah hati kita masih cukup bersih sehingga masih mampu memberikan pantulan cahaya kebenaran?"

Kami (aku dan temanku) diam. Tak bisa menjawab. Lalu Beliau menambahkan,

"Satu-satunya jalan ialah kembali kepada-Nya. Karena Dia lah yang Maha Benar." 

Bagaimana dengan kalian??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar